Mari bercerita. Saya sedang tidak mau sok keren dengan menggunakan bahasa Inggris. Mari perkaya diksi.
Jam tangan.
Dia selalu terpasang di pergelangan tangan kiri ku dengan erat. Ku bawa pergi kemanapun. Tidak, jam ini bukan jam mahal berlapis emas, kawan. Ini hanya jam biasa yang harga nya paling mungkin untuk ku jangkau. Orang bilang kita harus terbiasa dahulu sebelum menyatu satu sama lain. Begitu pula aku dan jam tangan ku. Hampir 5 bulan jam ini ku beli, kupakai setiap hari bahkan kadang aku lupa melepas nya sewaktu melepas lelah. Aku hafal bau keringat yang seringkali kuendus tiap kali ku lepaskan ia dari kulitku.
Tangan kiri ku terasa lebih ringan. Ah, aku lupa memakai nya kali ini. Bukan masalah besar sebenarnya, tapi tetap mengangguku. Aku sudah terbiasa. Biasa tangan kiri ku lebih berat beberapa gram dari pergelangan tangan kanan ku. Biasa melihat sekarang pukul berapa tanpa harus menanyakan atau melihat sekeliling mencari tahu. Biasa mengendus bau keringat ku tepat setelah melepas sang jam dari kulitku.
Iya aku hanya lupa. Aku hanya tidak terbiasa jika ia tidak ada. Bagi sebagian orang mungkin ini adalah hal yang amat sangat tidak penting. Tapi buat ku penting. Jam ini sudah jadi bagian dariku.
Kali ini mungkin aku hanya lupa tidak memakainya. Bagaimana jika aku kehilangan nya? Bukan, bukan aku tidak mau mengganti nya dengan yang baru. Tapi aku terlalu malas untuk beradaptasi dengan jam baru. Bagaimana kalau ia ternyata tidak cocok dengan kulitku yang kering? Bagaimana kalau ia tiba-tiba berhenti bekerja karena aku yang terlalu sering berada di bawah terik? Memikirkan nya saja aku sudah malas.
Aku mungkin bukan penyimpan yang baik. Banyak hal tak beraturan yang malas untuk ku tata. Baik itu di kamarku atau pun di hidupku. Dan mungkin jam ini bukan jam terbaik. Dia juga bukan jam termahal. Tapi aku merasa kita pas satu sama lain. Aku bahkan sampai sekarang belum tau bagaimana mengatur jam ini 10 menit lebih maju dari waktu biasa.
Aku ingin mengutip Paulo Coelho, dia berkata "Tak ada satu hal pun yang sia-sia. Bahkan jam mati pun menunjukkan waktu yg tepat dua kali sehari". Aku setuju. Tapi jam ku bukan jam dengan jarum. Jam ku hanya menampilkan angka secara digital dan numerik untuk menunjukkan.
Tidak, jam ku tidak hilang. Dia masih ada. Tapi kali ini dia tidak berfungsi. Entah. Hanya kosong yang dia tampilkan. Tak ada jarum. Coelho pasti hanya punya jam analog dengan 3 jarum jam.
Biarlah. Bukan kah sudah kubilang aku telah terbiasa dengan ada nya ia di pergelangan tangan kiriku? Mungkin sekarang dia sedang tidak berfungsi, tapi setidak nya dia masih tetap ada. Walau kadang ku pikir tak ada guna juga kupakai.
Sampai nanti saatnya ketika memang harus mencari jam baru atau membawa jam ini ke pusat reparasi. Biarlah saja ia begini. Masih ada walau hanya menunjukkan satu hal. Kosong.
1 comments:
jam tangan pria merk apa itu kak? ^^ kalo udah terlanjur sayang gitu, mending beli baru tapi yang sama persis seperti itu aja.. biasanya kalo dibenerin malah lebih cepet batre habis, dll lho..
Post a Comment