Gimana? Udah pada gerah dengan masa-masa kampanye dua calon presiden ini? Merasa ruang publik mu sudah penuh dengan teror kebencian dan saling ejek sesama pendukung?
Hehehe
Sejujur nya gw seneng sih temen-temen gw sekarang pada concern ke masalah politik, atau mungkin karena gak mau ketinggalan berita dan dicap gak update kali ya? Ya gaktau. Sekarang ini kalo nongkrong atau gw sekedar buka twitter dan facebook, wah politik semua! Gw harap sih gak cuma selama masa-masa kampanye aja sih tapi tetep konstan menaruh atensi lebih pada kondisi perpolitikan negeri ini.
Kalo boleh gw mengutip, gw seneng banget sama tulisan dari Masdar Hilmy yang ditulis di kolom Opini koran Kompas hari Rabu, 18 Juni 2014. Ini lah paragraf nya yang gw kutip:
Meski demikian, iklim demokrasi yang meruangkan pertukaran gagasan yang sehat, terbuka dan akuntabel dapat memungkinkan terjadinya demokrasi berbasisi kecerdasan publik yag matang dan berkualitas.
Kualitas kecerdasan publik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana setiap warga mengerahkan segala potensi kognitifnya dalam mengambil keputusan. Hal ini sejalan dengan pernyataan John Dewey bahwa yang terpenting dalam sebuah rezim demokrasi bukanlah hasil akhir sebuah keputusan, melainkan proses terjadinya dialektika pertukaran gagasan yang mengantarkan pada pilihan warga yang teruji.
Oh andai saja masih banyak yang baca koran, mungkin lebih banyak yang tersadar nih hehehe.
Yang terjadi di ruang publik sekarang, baik itu di media sosial maupun ketika bertemu langsung dan berbincang mengenai presidential election ini, menurut gw sih kurang sehat, kurang terbuka yang bahkan kadang berakhir dengan emosi karena dinilai "menyerang" pilihan nya dan kurang akuntabel. Eh tau kan maksudnya akuntabel ini? Akuntabel adalah hal yang bisa dipertanggung jawabkan, bukan sekedar ucapan ngasal semata tapi berdasarkan fact dan sejarah yang beneran terjadi. Gitu.
Gw gak mau jadi ignorant prick yang bener-bener cuek dan mengeluh dengan banyak nya berita simpang siur mengenai kedua capres tersebut. Umur gw sedikit lagi udah seperempat abad, sedikit lagi sarjana masa masih gak mau nyari tau secara komprehensif lagi mengenai kebenaran berita-berita tersebut.
Yang kadang gw sayangkan adalah mereka-mereka yang kerap berbagi "berita" ini kurang mencari lebih dalam, kesan nya kaya cuma nyomot aja gitu apa yang ada dipermukaan tanpa peduli apa yang masih ada lebih banyak di dalam nya. Banyakin lagi deh baca buku nya. Jangan cuma baca twitter, berita-berita media yang kadang menggiring opini dan tulisan yang sebenernya opini tapi diterjemahkan sebagai fact. Trust me.
Kadang gw sedih sih, sebagai sesama mahasiswa gw merasa saudara dengan mereka yang sampai sekarang ini masih "hilang", even if gw bukan aktivis pemberani seperti mereka-mereka, Eh sekarang pimpinan Tim Mawar nya maju sebagai capres banyak mahasiswa lain yang dukung. Hati nurani dipertanyakan. Inget loh ini opini gw. Gw gak bermaksud memojokkan salah satu kandidat kok, ini murni pendapat gw dan mengenai kebenaran apakah doi yang membuat "hilang" yah hal ini masih bisa diperdebatkan lagi kok. Lain waktu yah.
Dan bukan berarti Jokowi ini seorang santo yang suci dan bebas dosa. Enggak kok. Baik Prabowo sama Jokowi punya cela nya masing-masing yang harusnya tidak kita umbar-umbar lagi dengan alasan mempengaruhi. Toh siapapun yang menang pendukung masing-masing harus terima walau yang didukung tidak menang. See my points?
Gw milih siapa? Kalo ditanya ini gw akan jawab gw percaya dengan pemimpin yang dipilih oleh rakyat nya, yang sipil, viva la People Power. Sudah saatnya lagi kita punya presiden dari kalangan sipil dan bukan militer. Bung Karno pun bukan militer kan? Maafkan saya jika salah. Pemimpin kita yang sipil baru ada B.J Habibie, Abdurrahman Wahid dan Megawati pasca reformasi ini. Sebelum nya? Well those 32 year regime of The Smiling General.
Setelah selama ini jadi swing voter sudah saatnya kayanya memilih. Iya, gw dukung Jokowi kok, kenapa harus takut ngaku? Gw kan gak harus masang avatar dengan angka 2 disamping nya kan? Yang jelas I will vote for him. Gitu aja. Dan gw gak nyuruh lo untuk milih Jokowi juga kok, pilihlah pake hati nurani lo. Yang gak gw suka dari pasangan sebelah adalah koalisi di belakang nya. Ampun bos itu, masalah semua! Sudah cukup alasan untuk memilih nomor 2 menurut gw.
Jokowi kan ninggalin Jakarta demi RI1, toy! Lu mau nanti gubernur lo Cina dan non-muslim?
Iya sih, tapi itu kan berdasarkan perintah partainya lagipula tingkat elektabilitas dia katanya emang tinggi diantara calon yang lain. Dan yang jelas sudah terbukti kok bisa memimpin, dua kali walikota dan gubernur. Bahkan Ahmadinejad pune meninggalkan posnya sebagai Walikota Baghdad untuk maju dalam pemilihan presiden. Ahok? Gapapa lah! Gubernur gw jadi keren gitu kok kenapa harus memasalahkan agama dan ras. Buat gw selama kerja nya bener gak masalah. Bung, bangsa ini amat sangat plural, plis deh.
Tuh kan berarti bukan karena keinginan nya, tapi perintah partai, jangan-jangan nanti di setir lagi sama si Ibu Suri Banteng Putih itu.
Hahaha coba di cek deh. Prabowo juga bilang "Saya gak ada keinginan untuk jadi presiden, tapi kalo rakyat menghendaki saya, yauwis hayuk saya siap" (kira-kira gitu sih, lupa gw). Jokowi pun gitu bilang nya. Presiden itu kerja nya banyak loh, ngurus ini ngurus itu, kalo ada yang salah dikit kena salah dia lagi, kalo bagus dipuji dibilang pencitraan. Jadi gak ada jaminan juga sih bakal di setir atau gimana juga, kita juga gatau kan agenda yang sebelah nya entah disetir ama siapa. Udahlah gak usah dipikirkan.
Ini udah yah jangan nanya-nanya mulu, gw kaya buzzer jadinya hahaha.
Merasa tulisan ini adalah propaganda agar anda berpaling lalu memilih Jokowi?
Tidak.
Pilihlah sesuai hati nurani lo.
Pilah-pilih lah informasi cari tau secara mendalam bukan cuma dari luar nya saja, kurangi teror kebencian.
Kalau pun memang diskusi tentang capres nya, mbok yah jangan emosian, belajar berargumen dengan baik.
Buat yang masih bingung dengan pilihan nya segeralah cari tahu.
Mau siapapun pilihan kalian kita tetep saudara kok.
Nantinya kita tetep satu presiden
Tetep sama-sama warga Indonesia.
![]() |
Sumber: lensaindonesia |